Ad Hoc Network

22 11 2012

Definisi ad hoc network adalah desentraliasi dari jaringan wireless, disebut ad hoc network karena tidak bergantung pada infrastruktur yang sudah ada, seperti router dalam jaringan kabel ataupun Access Point pada jaringan nirkabel. Dalam Ad hoc network, setiap node bertugas dalam merouting data kepada node lain, jadi penentuan node mana yang mengirimkan data dibuat secara dinamis berdasarkan konektivitas dari jaringan itu sendiri.

Sifat desentralisasi, protokol routing dinamis, dan mudah untuk diterapkan menjadikan ‘jaringan ad hoc’ cocok untuk diimplementasikan disaat jaringan terpusat tidak dapat digunakan (situasi darurat seperti bencana alam atau konflik militer). Dalam beberapa tahun terakhir, banyak pakar jaringan mengalihkan perhatian mereka dari jaringan terpusat – seperti Internet dan jaringan telepon seluler – dan berpindah ke ad hoc network.

Di Internet, tanggung jawab untuk mengarahkan lalu lintas data terletak pada perangkat yang disebut router. Penyedia layanan Internet memantau arus lalu lintas di jaringan mereka, dan jika ada kemacetan di satu tempat, mengubah/merevisi setting router ke pengaturan yang sesuai. Dengan jaringan telepon seluler, dua orang dalam satu lingkungan bisa saling berbicara melalui telepon, tetapi mereka tidak bertukar data secara langsung. Sebaliknya, mereka mengirim data (percakapan) ke menara pemancar yang akan menentukan data itu harus dibawa kemana – seperti halnya terjadi juga bagi ribuan pengguna telepon seluler lain di sekitarnya.

Dalam jaringan ad hoc, tidak ada base station, dan tidak ada pengawas yang memantau kinerja jaringan secara keseluruhan. Sensor yang digunakan di jaringan ad hoc akan aktif dan mencoba untuk menentukan berapa banyak sensor aktif lainnya yang berada dalam jangkauan komunikasi. Bersama-sama, sensor kemudian mengumpulkan informasi apapun yang mereka butuhkan untuk melakukan tugas kolektif mereka.

Karena perangkat genggam seperti smartphone ataupun tablet pc menjadi lebih canggih dan diminati orang, prospek bahwa mereka dapat mengatur diri mereka sendiri ke dalam ad hoc network juga menjadi lebih menarik. Bisa kita bayangkan, misalnya, ribuan orang di suatu lingkungan bergabung dalam ad hoc network, dan saling berbagi data seperti video sehingga ribuan orang tersebut dapat menonton video tersebut secara bersamaan tanpa harus membebani jaringan data.

Tapi sampai ditemukan applikasi yang dapat berperan sebagai pengatur dari ad hoc network yang dapat menarik orang-orang untuk membuka akses teleponnya untuk berbagi jaringan secara langsung melalui ad hoc dengan orang sekitarnya; hal tersebut belum bisa dilakukan. Taken from : IT infoteknologi .com





GooGle Maps

30 08 2011

Gunakan fasilitas Google Maps sebagai salah satu tools analisis Spasial. Map di atas cukup interaktif, gunakan menu “Map”, “Sat” (Satellite Imagery), “Ter” (Terrain), “Earth”, Zoom In dan Zoom Out serta move around pada Maps untuk melakukan interaksi spasial.

Selamat mencoba. Nanang Setiawan.





TRANSFORMASI KOORDINAT

27 08 2011

Transformasi koordinat digunakan untuk merelasikan sistem koordinat tanah dengan peta atau layer data atau untuk meng-adjust suatu layer data sedemikian rupa sehingga layer tersebut dapat di-overlay-kan secara tapat di atas layer(s) yang lain. Prosedur yang digunakan untuk mengaplikasikan koreksi ini disebut dengan istilah registrasi – beberapa layer yang berbeda diregistrasikan terhadap sistem koordinat bersama atau terhadap salah satu layer yang dianggap sebagai peta dasar (standard). Layer(s) yang mencakup area yang sama harus diregistrasi sedemikian rupa sehingga setiap lokasi yang terdapat di dalam overlay memiliki koordinat (peta) yang sama. Di bidang pengolahan citra dan penginderaan jauh, sering kali, proses registrasi terhadap suatu citra dilakukan dengan bantuan citra lain (citra referensi) yang telah memiliki koordinat bumi (atau koordinatnya telah dianggap benar) – registrasi citra. Walaupun demikian, jika tujuan prosesnya hanya sekedar untuk ‘mendatarkan’ geometri citra (tetapi masih belum dapat menghapus distorsi akibat pergeseran relief topografi) dan tidak memerlukan citra referensi, tetapi memerlukan titik-titik kontrol tanah (GCPs), maka prosesnya sering disebut sebagai rektifikasi.

By. Nanang Setiawan, 27 Agustus 2011





PERKEMBANGAN TEORI PERENCANAAN KOTA SAMPAI DENGAN MASA POSTMODERN

17 04 2011

Teori perencanaan kota mulai dikenal sejak tahun 1945, yaitu sejak Perang Dunia Pertama, dan mengalami perubahan yang signifikan sejak jaman Postmodern, yaitu sekarang ini. Menurut Nigel Taylor (1998), perubahan yang mendasar adalah pada paradigma perencanaan kota itu sendiri. Pada awal lahirnya teori perencanaan kota, perencanaan kota dipakai sebagai alat untuk menggambarkan ide-ide sosial dari penguasa saat itu. Pada awal abad 21, perubahan banyak terjadi pada kultur dan nilai-nilai yang mempengaruhi paradigma perencanaan kota.
Ada tiga konsep pemikiran yang mendasar pada teori perencanaan kota tahun 1945, khususnya di Eropa, yaitu:
1. perencanaan kota sebagai perencanaan fisik kota
2. perancangan kota sebagai esensi dari perencanaan kota
3. ketepatan spasial dalam bentuk ‘gambar’ ataupun ‘blue print’ sebagai produk akhir dari suatu perencanaan kota sangat dituntut (Taylor, 1998,p.5).
Ketiga konsep perencanaan kota diatas bertahan sampai Perang Dunia Kedua, dimana perencanaan kota lebih dianggap sebagai bagian dari arsitektur atau seni, ruang kota seperti layaknya kanvas yang luas. Meskipun konsep tentang perencanaan kota sebagai produk fisik masih tetap diakui sampai sekarang ini. Perubahan ini dapat dikatakan sebagai perubahan yang bersifat internasional: perencanaan kota adalah arsitektur dalam skala yang lebih luas. Sehingga konsekuensinya, profesi perencana kota sebagian besar adalah juga arsitek.
Sejak 1960-an, perencanaan kota lebih dilihat sebagai suatu sistem dari pada produk fisik. Yaitu merencanakan sistem suatu kota yang pada dasarnya merupakan akumulasi dari sistem-sistem yang lebih kecil di dalam kota yang saling berhubungan, seperti jaringan jalan kota, dan sistem jaringan air kota. Konsep ini lebih didasari pada nilai sosial dan kegiatan ekonomi dari kota, yang pada akhirnya
melibatkan banyak keilmuan dalam merencanakan suatu kota.
Hingga akhir 1960, yang dianggap sebagai awal dari jaman Postmodern, perencanaan kota lebih cenderung pada perencanaan yang komprehensif, yang mempertahankan keragaman dan pluralisme. Masyarakat dengan bebas menentukan nilai-nilai unik yang mereka miliki, dan menjadi pertimbangan yang signifikan pada perencanaan kota. Bisa diambil contoh yaitu proses pengambilan keputusan terhadap perencanaan suatu kawasan di banyak negara maju yang saat ini lebih bersifat bottom-up.
Perkembangan teori perencanaan kota sangat tergantung pada perkembangan kota itu sendiri (urban development). Paul Balchin, David Isaac, dan Jean Chen (2000), menggambarkan siklus perkembangan kota sebagai kurva yang meningkat sejak abad 18 sampai pertengahan abad 19. Kurva ini bisa dijelaskan sebagai berikut:
1. Proses urbanisasi.
Yaitu proses tumbuhnya kota karena perpindahan penduduk dari rural ke urban yang diawali dengan adanya Revolusi Industri pada abad 18.
2. Proses urbanisasi atau sub-urbanisasi.
Proses urbanisasi menimbulkan berkembangnya sektor jasa yang cukup pesat dan kegiatan manufaktur yang cenderung memilih lokasi pinggiran/ luar pusat kota, sehingga pada tahap ini menyebabkan tumbuhnya suburbansuburban.
3. Proses sub-urbanisasi.
Proses sub-urbanisasi yang diikuti dengan menurunnya populasi di pusat kota.
4. Proses re-urbanisasi atau de-urbanisasi.
Yaitu proses yang disebabkan oleh berkembangnya suburban menjadi urban.


Gambar 1. Kurva Perkembangan Kota (Urban Development) (Balchin et al., 2000, p.246)

Dilihat dari sekuen waktu teori perkembangan kota diatas, teori perencanaan kota mulai berkembang pada tahap urbanisasi dan suburbanisasi, dimana sudah dikenal adanya pertumbuhan daerah pinggiran kota. Pusat kota tumbuh pesat akibat Revolusi Industri (urbanisasi) dan dipicu dengan rusaknya kota karena Perang Dunia Pertama, penguasa kota baru menyadari pentingnya merencanakan suatu kota, dengan menganggap perencanaan kota sebagai bagian dari arsitektur yang lebih makro. Proses sub-urbanisasi mengikuti proses urbanisasi, selama Perang Dunia Kedua, memandang kota lebih kepada integrasi dari banyak system didalam kota, termasuk sistem yang menyatukan pusat kota dan daerah pinggiran yang mulai tumbuh. Pada proses re-urbanisasi atau deurbanisasi, yaitu sejak abad 21, lebih banyak dipengaruhi oleh issue globalisasi.

DAFTAR PUSTAKA
Balchin, P., N., Isaac, D. and Chen, J., Urban economics; a global perspective, Palgrave, Hampshire, 2000.
Taylor, N., Urban planning since 1945, SAGE Publications, New Delhi, 1998.
Damayanti, Rully. Pengaruh globalisasi terhadap perencanaan kota (studi kasus kota New York, London dan Tokyo (Global Cities)). Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 31, No. 1, Juli 2003: 38-42





ENERGI BARU

8 04 2011

# Clean Coal Technology (CCT)
> Underground Coal Gasification and Generetion (UCGG) adalah mengkonversi batu bara di dalam tanah tanpa dengan menambang
# Nuclear Energy
# Fuel Cell
# Pump Storage





TREND SEKTOR INDUSTRI PERTAMBANGAN DAN ENERGI

8 04 2011

# Aspek perlindungan lingkungan
# Mekanisme dan pengurasan pada sumber daya alam yang tidak terbarukan
# Konversi pada produk yang bernilai tambah lebih tinggi
# Peningkatan kualitas SDM
# Dukungan manajemen dan finansial





TUGAS ANALISIS DENGAN GIS

24 01 2011

STUDI KASUS

Pemerintah Daerah melaksanakan sebuah proyek penanggulangan bencana. Analisis yang digunakan berdasarkan pada data-data spasial dan GIS sebagai alat analisisnya. Berikut adalah garis besar dari pekerjaan ini :

Tema                   : Mencari Tingkat Kerentanan Bahaya Longsor

Sumber data     : Peta Hujan, Peta Penggunaan Lahan, Peta Kelas Lereng, Peta Jenis Tanah

Tabel skor pada masing-masing data spasial :

Penggunaan Lahan :

1. Lahan Terbuka; skor 10

2. Permukiman; skor 10

3. Sawah; skor 25

4. Ladang; skor 25

5. Hutan; skor 50

6. Perkebunan; skor 50

7. Permukiman; skor 50

Kelas Lereng :

1. Curam; skor 10

2. Terjal; skor 10

3. Landai; skor 25

4. Miring; skor 50

Tanah :

1. Grumusol; skor 10

2. Allivial; skor 25

3. Latosol; skor 50

Curah Hujan :

1. 1000 – 1500; skor 25

2. < 1000; skor 50

3. > 1500; skor 10

Kelas Tingkat Bahaya yang dicari :

–          Area Kelas Rentan Longsor Rendah

–          Area Kelas Rentan Longsor Sedang

–          Area Kelas Rentan Longsor Tinggi

TUGAS :

Lakukan analisis kerentanan tersebut dengan menggunakan GIS untuk mencari area dari masing-masing tingkat bahaya longsor di wilayah penelitian.





DATUM

23 09 2010

Bagaimana kita memahami datum dengan mudah ? Salah satu cara untuk membayangkan datum, sebagai sekumpulan informasi yang berfungsi sebagai dasar untuk data lainnya adalah seperti pondasi suatu struktur bangunan, termasuk semua perangkat dan dekorasi dalam rumah. Tanpa datum, maka tidak berguna informasi spasial lainnya, seperti data ketinggian, landuse, dan sebagainya. Analogi datum tersebut sangatlah sederhana.

Ketika kita menyebut proyeksi dari suatu peta, kita juga harus memperhatikan datumnya. Keduanya bias kita ibaratkan kuda dan penunggangnya, karena kita tidak dapat mempunyai satu tanpa lainnya. Suatu datum merupakan sekumpulan konstanta yang menentukan sistem koordinat yang digunakan untuk titik control geodesi, misalnya untuk hitungan koordinat titik-titik di bumi. Sedangkan proyeksi peta adalah metode yang digunakan untuk mengubah dari permukaan lengkung (3D) menjadi permukaan datar (2D).

Datum (geodetik) merupakan permukaan koordinat (coordinate serfer), yang bentuk geometriknya bias berupa bola (spherical, dimana jejari r sama dengan sumbu semimajor a) atau elipsoid (h = 0). Pada permukaan datum tersebut dilakukan hitungan jarin dan koordinat titik-titik lainnya.

Ada dua pendapat yang berkembang berkenaan dengan pengertian datum, yaitu :

  1. Pandangan Geodesi. Datum diartikan sebagai, sekumpulan parameter yang mendefinisikan suatu system koordinat dan menyatakan posisinya terhadap permukaan bumi. Pendapat ini dikenal sebagai Sistem Referensi Terestris (TRS). Pendapat pertama ini lebih mengacu kepada penyelenggaraan datum, yaitu dengan menetapkan satu ellipsoid referensi dan orientasinya terhadap geoid (bumi) pada suatu lokasi yang dipetakan (best fitting). Dengan kata lain, suatu datum ditentukan oleh sebuah spheroid yang mendekati bentuk bumi dan posisi spheroid relative terhadap pusat bumi. Terminologi datum geodetik biasanya diambil untuk mengartikan jenis elipsoid datum yang digunakan, yaitu sumbu-sumbu koordinat kartesian 3D plus sebuah elipsoid. Berdasarkan pandangan ini, dikenal dua istilah, yaitu datum local/regional dan datum global. Datum local mengacu kepada ellipsoid referensi local/regional. Biasanya untuk mendefinisikan jenis datum lokal ini, diambillah suatu ellipsoid referensi tertentu dan diorientasikan terhadap permukaan bumi (geoid) setempat, dengan memberikan nilai koordinat geografi dan azimuth (arah utara) pada titik datum (initial point) yang diperoleh dari hasil pengamatan astronomi yang telah dilakukan reduksi dan umumnya bersifat toposentris. Dari titik datum inilah suatu jaring kerangka pengukuran dihitung. Sedangkan datum global mengacu pada elipsoid referensi global yang pusat elipsoidnya terletak pada pusat bumi.
  2. Pandangan Surveyor (praktisi pemetaan). Datum didefinisikan sebagai sekumpulan titik-titik kontrol yang hubungan geometrisnya diketahui baik melalui pengukuran maupun hitungan. Pendapat kedua ini lebih mengarah kepada realisasi datum dan dikenal dengan sebutan Kerangaka Referensi Terestris (TRF).

Dalam Sistem Informasi Geografis pengertian yang kedua lebih banyak dikutip, karena fakta yang dihadapi adalah peta yang merupakan produk pengukuran dan pemetaan yang mengacu kepada suatu kerangka referensi terestris/system koordinat yang sudah ada.

Akhir-akhir ini telah berkembang dan digunakan secara meluas suatu datum, yaitu WGS 1984. Datum ini menyediakan suatu kerangka kerja untuk pengukuran lokasi seluruh dunia.





TINGKAT BAHAYA EROSI PERMUKAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI SAMIN TAHUN 2007

15 09 2010

ABSTRAK

Nanang Setiawan. Tingkat Bahaya Erosi Permukaan Daerah Aliran Sungai Samin Tahun 2007. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Besar erosi permukaan Daerah Aliran Sungai Samin dan (2) Tingkat Bahaya Erosi (TBE) permukaan dan sebarannya di Daerah Aliran Sungai Samin.

Penelitian ini menggunakan metode survei dan disajikan secara deskriptif kualitatif. Populasi penelitian ini adalah lahan di DAS Samin. Teknik pengambilan sampel dengan cara Purposive Sampling. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi lapangan, uji laboratorium dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kuantitatif dari faktor-faktor penyebab erosi, besar erosi, tingkat bahaya erosi dan analisis peta menggunakan aplikasi SIG (Sistem Informasi Geografis).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : (1) Besar erosi permukaan DAS Samin termasuk Sangat Berat (SB) yaitu sebesar 8.027,333 Ton/Ha/Thn. (2) Tingkat Bahaya Erosi (TBE) di DAS Samin terbagi ke dalam 5 kelas yaitu Sangat Ringan (SR), Ringan (R), Sedang (S), Berat (B) dan Sangat Berat (SB). Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Sangat Ringan (SR) mempunyai besar erosi tanah antara 0,001 Ton/Ha/Thn – 8,384 Ton/Ha/Thn mempunyai sebaran paling luas yaitu 22.163,786 Ha (68,487 %) yang tersebar di bagian hilir dan sebagian tengah DAS Samin. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Ringan (R) mempunyai besar erosi antara 0,018 Ton/Ha/Thn – 52,341 Ton/Ha/Thn seluas 3.719,420 Ha (11,493 %) yang tersebar di antara bagian hilir dan tengah DAS Samin. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Sedang (S) mempunyai besar erosi antara 0,020 Ton/Ha/Thn – 91,998 Ton/Ha/Thn seluas 2.330,879 Ha (7,202 %) yang tersebar di bagian tengah DAS Samin. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Berat (B) mempunyai besar erosi antara 0,241 Ton/Ha/Thn – 257,801 Ton/Ha/Thn seluas 2.639,904 Ha (8,157 %) yang tersebar di antara bagian tengah dan hulu DAS Samin. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Sangat Berat (SB) dengan besar erosi antara 17,013 Ton/Ha/Thn – 933,886 Ton/Ha/Thn mempunyai luas sebaran 1.508,143 Ha (4,660 %) yang tersebar di bagian hulu DAS Samin.

Peta Tingkat Bahaya Erosi Daerah Aliran Sungai Samin





KAJIAN GEOLOGI GUNUNGAPI MERAPI

9 06 2010

Oleh : Nanang Setiawan, S. Pd

Geografi adalah ilmu yang mengkaji fenomena geosfer dalam konteks keruangan dengan pendekatan kelingkungan dan kompleks wilayah. Fenomena geosfer sangat beragam, salah satunya adalah perubahan bentuk pada permukaan bumi. Suatu daerah yang awalnya merupakan dataran, oleh tenaga geologi sebagian dapat terangkat sementara bagian yang lain turun. Dua aspek yang menonjol dalam pembentukan morfologis Pulau Jawa adalah iklim tropis lembab dan kegiatan vulkanik yang kuat selama kira-kira dua juta tahun terakhir. Adanya aktivitas vulkanik dan proses tektonik dalam kerak bumi menyebabkan pengangkatan daratan. Pada umumnya, aktivitas vulkanik tidak merata sepanjang waktu, tetapi muncul dengan aktivitas tinggi pada masa kegiatan tertentu, sehingga pengaruhnya terasa pada daerah dalam skala luas.

Geologi merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi karakter suatu daerah. Setiap daerah memiliki ciri khas sendiri berdasarkan struktur geologi yang menyusun daerah tersebut. Keadaan geologi suatu daerah secara langsung berpengaruh terhadap keberadaan dan sifat sumberdaya air yang selanjutnya berpengaruh terhadap sumberdaya alam.

Dari sudut geologi, dalam suatu penampang melintang utara-selatan Pulau Jawa terbagi dalam 3 zona, yaitu : (1) Zona Utara yang berbukit-bukit rendah; (2) Zona Tengah yang meliputi jalur vulkanik; dan (3) Zona Selatan yang merupakan plato-plato (plateau) yang terpotong-potong oleh sesar dan sistem fluvial yang besar. Gunungapi Merapi merupakan salah satu gunungapi yang berada pada Zona Tengah Pulau Jawa.

Vulkanisme adalah segala kegiatan magma dari lapisan dalam litosfer menyusup ke lapisan yang lebih atas atau sampai ke luar permukaan bumi. Sebenarnya, vulkanisme dalam arti yang sempit berarti ekstrusi magma. Dari dapur magma, melalui diatrema, magma menyusup ke atas sampai ke permukaan bumi. Proses keluarnya magma itu dinamakan letusan atau erupsi. Gunung Merapi termasuk gunung api strato, gunungapi strato merupakan hasil erupsi campuran, efusif dan eksplosif yang berulang beberapa kali. Gunungapi strato ini berbentuk kerucut dan tubuhnya berlapis-lapis.

Secara umum formasi dan jenis batuan yang menyusun Gunungapi Merapi di bagian utara didasari oleh batuan vulkanik Merapi Tua berumur Pleistosen Atas, di bagian timur didasari oleh batuan Tersier Formasi Nglanggran dan Semilir, serta batuan Tersier Formasi Sentolo di bagian barat maupun selatan. Menurut Bemmelen (1949) di Formasi Sentolo memiliki tipe facies neritik. Pada batugamping dijumpai kandungan fosil-fosil foraminifera. Formasi Sentolo berumur Miosen Tengah. Formasi ini tersusun atas batugamping (limestone) dan batupasir napalan (marly sandstone). Di bagian selatan juga terdapat Formasi Endapan Gunungapi Merapi Muda yang berumur Kuarter dan terdiri dari material lepas sebagai hasil kegiatan letusan Gunungapi Merapi. Endapan Gunungapi Merapi Muda batuannya berupa tuf, abu, breksi, aglomerat, dan lelehan lava tak terpilahkan. Hasil pelapukan pada lereng kaki bagian bawah membentuk dataran yang meluas di sebelah selatan, terutama terdiri dari rombakan vulkanik yang terangkut kembali oleh alur-alur yang berasal dari lereng atas.

Secara morfologi, Gunungapi Merapi terbagi menjadi beberapa bagian seperti pada profil Gunungapi Merapi dari barat ke timur berikut :

Gunungapi mempunyai potensi yang luar biasa, tidak hanya potensi yang bermanfaat dalam mendukung kehidupan manusia tetapi juga mempunyai potensi bencana. Potensi bencana yang ada pada gunungapi antara lain :

  • Awan panas aliran (Piroklastika aliran)
  • Awan panas seruakan (piroklastika hembusan)
  • Lahar hujan dan banjir
  • Hujan abu (piroklastika jatuhan)
  • Gas beracun
  • Guguran lava pijar

Ancaman bahaya utama Merapi adalah awan panas dan banjir lahar. Ancaman dapat ke berbagai arah ditentukan oleh struktur bukaan, alterasi hidrotermal, resistensi batuan bawah permukaan dan arah bukaan morfologi terendah di kaki kubah lava baru. Apabila tidak ada suplai magma baru secara tajam, erupsi G. Merapi akan berlangsung dalam sekala kecil, seperti sekarang ini atau bahkan mereda, sebagai fenomena alam biasa pada kerucut gunung api komposit yang sedang tumbuh. Akan tetapi perlu diwaspadai terjadinya banjir lahar pada waktu hujan. Terbentuknya bukaan kawah ke selatan menyebabkan potensi bencana ke selatan-tenggara. Berikut ini peta kawasan rawan bencana Gunungapi Merapi :

Untuk meminimalisasikan korban jiwa dan kerugian material maka perlu adanya mitigasi bencana gunungapi dengan :

  • Pemantauan kegiatan gunungapi terus menerus melalui pos pengamatan gunungapi dengan seismograf yang bekerja 24 jam sehari
  • Pembuatan peta kawasan rawan bencana gunungapi
  • Penyuluhan bahaya gunungapi
  • Pembuatan dam pengelak lahar
Disampaikan dalam kegiatan Field Study SMA N 2 Surakarta di Kaliadem dan Kaliurang
Tanggal 8 Juni 2010